Skip to main content

Good to Great

Baik adalah musuh dari hebat (Jim Collins)

Tidak banyak hal hebat di dunia sebab terlalu banyak hal baik di dunia ini. Tapi mungkinkah perusahaan menghasilkan sesuatu yang hebat setelah meraih hasil yang baik? Jim Collins bilang bisa. Setiap perusahaan bisa tumbuh mengagumkan dalam jangka waktu relative lama, profitnya tinggi dan punya nilai perusahaan jauh di atas rata-rata pasar. Cuma syaratnya tidak gampang. Perusahaan harus punya 7 syarat dasar meliputi pola kepemimpinan, human capital, cara menghadapi fakta, focus, budaya disiplin, teknologi pendukung dan terobosan-terobosan berkelanjutan. 

Pemimpin macam apa yang cocok untuk membawa perusahaan dari baik menjadi hebat? Jawabnya ternyata pemimpin yang rendah hati dan punya kemauan keras. Collins menyebutnya sebagai kepemimpinan tingkat 5. Contoh pemimpin yang sudah mencapai level ini adalah Colman Mockler, Direktur Gillette tahun 1975 hingga 1991; dan Direktur Kimberly-Clark yang sukses mengalahkan Scott Paper dan Procter & Gamble: Darwin Smith. Mockler dan Darwin adalah pemimpin yang mampu mengalahkan ego pribadinya untuk sasaran yang lebih besar, yaitu membangun perusahaan hebat. Yang mengherankan, pemimpin level 5 ini namanya sulit dijumpai di artikel-artikel bisnis. Mereka sepi publikasi. Orang lebih kenal Lee Iococca ketimbang Mockler. Padahal diakhir kepemimpinan Iococca nilai saham Chrysler anjlok 31%. Sedangkan Mockler yang pemalu dan rendah hati justru meninggal mendadak sesaat setelah melihat draft cover majalah Forbes yang menggambarkan kejayaannya di puncak gunung memegang sebuah silet! Mockler meninggal setelah dunia mengakui hasil kerjanya yang gemilang selama 16 tahun di Gillette. 

Orang yang tepat adalah syarat mutlak jika mau good to great. Berbeda dengan premis yang bilang tentukan dulu arah/visi dan strategi perusahaan kemudian cari orang, perusahaan good to great justru mencari orang dulu baru kemudian menentukan visi dan strategi. Langkah ini disebut: first who … then what. Analoginya menarik dan sederhana: ajak orang yang tepat naik bus, tempatkan dia di tempat duduk yang tepat, dan keluarkan orang yang tidak tepat. Collins bilang tidak semua orang merupakan aset penting perusahaan, tapi orang yang tepatlah aset terpenting perusahaan. 

Fakta membuktikan bahwa perusahaan good to great mampu menghadapi fakta brutal, dan bisa mengambil keputusan bisnis yang tepat. A&P di tahun 1950 adalah perusahaan eceran terbesar di dunia. Saat itu, penjualannya se-spektakuler General Motors. Sekarang A&P cuma punya catatan pernah jadi perusahaan hebat. A&P gagal mengantisipasi perubahan pasar. Ketika konsumen menginginkan belanja di toko modern dengan tempat lebih terang dan pilihan barang beragam, A&P malah tetap mempertahankan strategi toko tradisionalnya. Fakta dan hasil riset pasar tidak pernah menggoyahkan pendapat manajemen A&P yang tetap percaya bahwa pola masa lalu adalah yang terbaik. 

Perusahaan good to great berhasil karena menerapkan konsep landak. Landak adalah metafora dari keberhasilan menyederhanakan dunia yang kompleks menjadi sebuah ide, prinsip dasar atau konsep tunggal. Contohnya Albert Einstein dengan E = MC²; Sigmund Freud dengan id, ego dan superego; dan Adam Smith dengan invisible hand. Hal sederhana yang dilakukan perusahaan baik menjadi hebat adalah focus pada hal yang paling diminati, focus pada hal yang bisa menggerakkan mesin ekonomi (profitabilitas), dan focus di bidang yang bisa menjadikannya terbaik di dunia. Gillette dan Philip Morris adalah contoh perusahaan yang menjalankan konsep landak. 

Syarat penting lainnya untuk good to great adalah budaya disiplin. Perusahaan good to great mencari orang tepat yang disiplin, menyusun system yang baik, dan memberikan kebebasan serta tanggung jawab yang jelas berdasarkan kerangka system yang ada. Perusahaan mengawasi sistem bukan orang. Abbot adalah contoh sukses perusahaan yang mampu mendorong setiap manajernya menjadi wirausahawan yang kreatif dan bertanggungjawab atas investasi perusahaan. Konsep landak Abbot sangat sederhana: profit per employee, dan setiap manajer di Abbot sangat disiplin mengamalkan credo itu. 

Bagaimana teknologi membawa perusahaan dari baik jadi hebat? Ternyata pemimpin perusahaan good to great punya paradigma bahwa teknologi pada dasarnya mempercepat momentum, bukan menciptakan momentum. Oleh karena itu, perusahaan good to great sangat hati-hati dalam memilih teknologi yang akan digunakan. Teknologi sepenuhnya dipilih untuk mendukung bisnis inti perusahaan. Gillette memilih aplikasi teknologi canggih, sangat presisi, dan efisien untuk menciptakan produk handal macam Gillette Sensor. Hasilnya Gillette Sensor jadi andalan banyak pria di dunia yang mau berpenampilan klimis. 

Yang terakhir, transformasi di perusahaan good to great tidak terjadi dalam semalam atau dari satu program besar dan mendadak. Karyawan di perusahaan good to great tidak mengalami kejutan luar biasa atau perayaan besar tanda satu program dimulai. Mereka bekerja dalam ritme biasa. Namun orang luar melihat bahwa sesuatu yang besar sedang dan sudah terjadi. Hal ini terjadi karena pola transformasinya evolusioner bukan revolusioner. Roda perubahan di perusahaan tersebut terus berputar ke satu arah secara konstan tanpa henti hingga melahirkan momentum terobosan yang dahsyat. 

Good to great lahir setelah Jim Collins dan team-nya melakukan riset selama 6 tahun. Metodologi yang digunakan sangat ketat sehingga hanya 11 perusahaan Amerika yang masuk kategori good to great. Buku ini sangat menarik karena banyak temuan-temuan yang menjungkirbalikkan anggapan umum dan keyakinan orang-orang bisnis selama ini. Yang jelas, sebelum bisa disebut hebat perusahaan harus lewat fase baik dulu. Dan menjadi baik itu lebih mudah daripada jadi hebat. 

Reference: Jim Collins, “Good to Great”, Gramedia Pustaka Utama

Comments

Popular posts from this blog

Ludo

Monopoly adalah salah satu board game yang bisa mengasah naluri kompetisi seseorang. Adakah board game yang bisa mengasah naluri kompetisi tapi lebih sederhana daripada monopoly? Jawabannya mungkin permainan ludo. Dengan bermain ludo seorang pemain diharuskan berpikir keras untuk menyelamatkan 4 buah bidak (jika boleh disebut demikian) sekaligus memenangkan pertandingan. Pemenang adalah pemain yang dapat mengirim ke-4 bidaknya ke finish terlebih dahulu. Ludo berasal dari kata Latin ludus yang artinya permainan (game). Permainan ini biasa dimainkan 2 sampai 4 orang. Ludo adalah simplifikasi dari permainan orang Indian, Pachisi. Pachisi sendiri diperkirakan sudah dimainkan sejak 500 tahun sebelum masehi. Namun demikian, Ludo yang muncul sekitar tahun 1896 dipatenkan di Inggris dengan nomor paten 14636. Aturan main Ludo sangat mudah. Intinya, lempar dadu dan jalankan bidak menuju finish. Setiap pemain diberi modal yang sama yaitu 4 buah bidak. Bidak-bidak itu harus dikeluarkan dari titik ...

Sistem Nilai

 Dalam budaya pop terkenal sebutan X Generation buat yang lahir sekitar tahun 1970-an, dan Y Generation buat yang lahir diawal tahun 1980-an. Sebelumnya ada Flower Generation yang terkenal dengan Woodstock, marijuana dan Perang Vietnam. Ketiga generasi anak muda tersebut punya system nilai yang berbeda. Generasi X misalnya lebih menghargai fleksibelitas, alternatif hidup, dan kepuasan kerja. Di era Generasi X inilah dikenal Nirvana, internet, dan work at home. Buat Generasi Y yang besar di era globalisasi dan MTV tentu punya keunikan tersendiri.  Pertanyaannya, apakah nilai dan system nilai? Menurut Milton Rokeach, nilai adalah keyakinan abadi bahwa suatu cara (modus) bertindak atau tujuan eksistensi tertentu lebih diinginkan secara pribadi ataupun sosial dibandingkan cara bertindak atau tujuan hidup sebaliknya. Misalnya, orang lebih memilih bahagia daripada tidak bahagia; jujur daripada bohong; kerja keras daripada berleha-leha. Sedangkan menurut George England nilai merupaka...