Dalam budaya pop terkenal sebutan X Generation buat yang lahir sekitar tahun 1970-an, dan Y Generation buat yang lahir diawal tahun 1980-an. Sebelumnya ada Flower Generation yang terkenal dengan Woodstock, marijuana dan Perang Vietnam. Ketiga generasi anak muda tersebut punya system nilai yang berbeda. Generasi X misalnya lebih menghargai fleksibelitas, alternatif hidup, dan kepuasan kerja. Di era Generasi X inilah dikenal Nirvana, internet, dan work at home. Buat Generasi Y yang besar di era globalisasi dan MTV tentu punya keunikan tersendiri. Pertanyaannya, apakah nilai dan system nilai?
Menurut Milton Rokeach, nilai adalah keyakinan abadi bahwa suatu cara (modus) bertindak atau tujuan eksistensi tertentu lebih diinginkan secara pribadi ataupun sosial dibandingkan cara bertindak atau tujuan hidup sebaliknya. Misalnya, orang lebih memilih bahagia daripada tidak bahagia; jujur daripada bohong; kerja keras daripada berleha-leha.
Sedangkan menurut George England nilai merupakan suatu kerangka kerja perceptual yang relatif permanen. Kerangka kerja tersebut kemudian membentuk dan mempengaruhi tindakan/perilaku seseorang.
Sekumpulan nilai yang diberi peringkat berdasarkan preferensi seseorang disebut system nilai (value system). Preferensi setiap orang terhadap sebuah nilai bisa sama, bisa berbeda. Misalnya X meletakkan nilai kejujuran pada top chart system nilainya; Sedangkan Y nomor satunya nilai ilmiah.
Lalu apa fungsi nilai? Menurut Rokeach, setidaknya ada 3 fungsi nilai yaitu: 1) Sebagai standar yang mengarahkan kegiatan seseorang. 2) Sebagai general plan untuk menyelesaikan konflik dan mengambil keputusan. 3) Sebagai “motivator” yang memberi arah pada manusia dalam menghadapi situasi sehari-hari.
Dari mana asal nilai seseorang? Nilai seorang individu berasal dari pendidikan (keluarga/formal), agama (religi), lingkungan pergaulan, lingkungan kerja, dan genetic. Proses pembentukan nilai tidak terjadi seketika. Setiap orang butuh waktu untuk menginternalisasikan suatu nilai tertentu. Seiring perjalanan waktu, nilai yang telah terintenalisasi dalam diri individu bisa berubah. Jadi tidak mengherankan kalau ada komentar dari teman lama yang sudah lama tidak bertemu: ”Kamu sekarang lain ya?”.
Bagaimana nilai bisa mempengaruhi perilaku/tindakan seseorang? England mengklasifikasikan pengaruh nilai terhadap perilaku sebagai berikut:
1) Nilai operatif yaitu nilai-nilai yang memiliki kemungkinan besar mempengaruhi perilaku seseorang. 2) Nilai yang dikehendaki (intended value) yaitu nilai-nilai yang dianggap penting namun tidak selalu muncul menjadi perilaku karena factor situasi. 3) Nilai yang diadopsi (adopted value) yaitu nilai-nilai yang tidak sepenuhnya diyakini sehingga hanya berpengaruh bagi perilaku pada situasi tertentu saja. 4) Nilai lemah (weak value) yaitu nilai yang paling tidak berpengaruh pada perilaku.
Hipotesis England sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ross Stagner terhadap 250 Vice President di lebih dari seratus (100) perusahaan di akhir tahun 1960-an. Stagner menyimpulkan bahwa nilai individu sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Di lain pihak, Guth dan Tagiuri mengemukakan bahwa nilai pribadi seorang direktur sangat menentukan strategi perusahaan yang dipimpinnya.
Mungkinkah terjadi konflik nilai? Mungkin sekali. Ambil contoh Y Generation yang saat ini jadi angkatan kerja baru. Bayangkan para Y-ers yang terkenal mudah menyerap teknologi baru, sangat fleksibel, dan kreatif kemudian dapat pekerjaan di tempat yang sangat birokratis dan kaku. Atau yang sering terjadi seperti konflik antar nilai budaya (antar bangsa dan suku bangsa). Potensi konflik antar nilai budaya itulah yang bikin kita sering diwanti-wanti: jangan ini, jangan itu kalau mau masuk territory baru. Intinya kita diminta behave.
Bagaimana dengan Corporate Value? Menurut saya, Corporate Value merupakan sekumpulan system nilai yang diyakini telah dan akan mendukung sukses perusahaan hingga saat ini dan di masa depan. System nilai setiap perusahaan jarang ada yang sama sebab tergantung preferensi pendiri atau top decision maker-nya. Namanya juga keyakinan. Wajar kalau berbeda. System nilai Hewlet Packard (HP way) akan berbeda dengan 3M (innovative culture). Beda juga dengan Gucci, Guess atau Ralph Lauren.
PR paling penting bagi perusahaan yang telah menetapkan Corporate Value adalah menjadikan nilai-nilai tertentu menjadi operative value atau jadi yang paling mempengaruhi cara berpikir, berbicara dan berperilaku anggota perusahaannya/karyawan.
Untuk sampai ketahap tersebut perlu ada sosialisasi dan program internalisasi nilai kepada karyawan. Caranya bisa melalui kampanye nilai, training dan implementasi langsung pada setiap project yang sedang dan akan dieksekusi. Dan itu semua butuh waktu relatif lama sebab seperti yang disebut sebelumnya proses internalisasi dan perubahan nilai terjadi secara perlahan.
Comments
Post a Comment