Skip to main content

Rahasia Sukses

Albert Einstein memilki IQ sebesar 150. Semua orang sepakat menyebutnya jenius. Christopher Langan, pasti anda bertanya-tanya siapa dia, ternyata punya IQ sebesar … 190. Jika Einstein dianggap menderita diklesia, Langan mulai bicara di usia 6 bulan; mendengarkan radio, yang penyiarnya membacakan komik, dengan intens hingga akhirnya memungkinkan ia untuk belajar membaca di usia 3 tahun; bisa mengikuti ujian bahasa asing yang belum pernah dipelajarinya sama sekali; mampu membaca buku cetak dengan cepat , biasanya 2-3 menit sebelum guru datang, dan jika dites hasilnya sempurna. Intinya, dahsyat…

Tapi sekali lagi, siapa Chris Langan? Sampai ia ikut kuis 1 VS 100 di televisi Amerika, tidak banyak orang tahu siapa Chris Langan. Faktanya, Langan tidak berhasil menyelesaikan kuliah, padahal ia sangat berpotensi menjadi Ph.D. Berbeda dengan Bill Gates yang DO dari Harvard tapi langsung focus membesarkan Microsoft, Langan luntang-lantung tanpa arah yang jelas. Bahkan Langan pernah jadi tukang pukul di bar. Sekarang, di usianya yang limapuluhan, ia hidup tenang di peternakan kuda yang sedikit rusak di Missouri sambil menikmati kehidupan intelektual yang tidak banyak diketahui orang hasilnya. Itu karena ia tidak pernah mempublikasikan apapun. Ironis.

Jadi apakah kecerdasan merupakan salah satu tiket utama kesuksesan? Ternyata tidak. Malcolm Gladwell di buku terbarunya, Outliers, bilang sukses terkait erat dengan kesempatan dan warisan budaya seseorang.
Cerita tentang kesempatan, The Beatles datang ke Amerika tahun 1964 dan segera menggemparkan dunia. Mari mundur sedikit ke tahun 1960 dimana The Beatles memperoleh kesempatan emas tampil marathon di klub striptease di kota Hamburg, Jerman. The Beatles bermain 8 jam sehari selama 7 hari dalam seminggu. Selama kurun waktu 1960 hingga 1962, The Beatles melakukan perjalanan ke Hamburg sebanyak 5 kali. Selama kurun waktu itu, The Beatles diperkirakan telah manggung selama 270 malam. Banyak penonton berkomentar bahwa kualitas The Beatles semakin baik dari malam ke malam. Boleh dibilang pengalaman telah membentuk The Beatles. Di Hamburg, yang dilakukan The Beatles adalah mempelajari lagu sebanyak mungkin, termasuk jazz, dan memainkannya sebaik mungkin di depan audience sampai pagi.
The Beatles adalah sebuah contoh premis Gladwell tentang kaidah latihan 10.000 jam. Menurutnya, tanpa latihan selama 10,000 jam (dihitung sejak seseorang secara intens mempelajari dan mendalami sesuatu) kecil kemungkinannya seseorang memperoleh keahlian tingkat tinggi. Hamburg adalah tempat latihan paling sempurna bagi The Beatles.

Juara Olimpiade Susi Susanti berlatih badminton sejak usia sekolah dasar. Susi mulai focus berlatih untuk menjadi atlet saat duduk di bangku sekolah menengah, dan mulai berlaga di kejuaran internasional di usia 16. Emas Olimpiade diraih di tahun 1992 di Barcelona saat usianya 21 tahun. Susi jadi juara All England 4 kali (1990, 1991, 1993 dan 1994). Pertanyaannya, berapa jam Susi berlatih? Menurut situs tokohindonesia.com Susi berlatih 8 jam sehari selama 6 hari dalam seminggu. Anggaplah ada libur 2 minggu dalam 1 tahun, maka setiap tahunnya Susi berlatih 2.400 jam.
Susi Susanti memperoleh kesempatan emas mengikuti latihan badminton yang terprogram baik di pelatnas. Itu berarti ia bisa berlatih dan bertanding bersama kampium badminton dunia setiap saat. Tanpa itu, mungkin Susi Susanti cuma dikenal di lingkungan tempat tinggalnya sebagai anak perempuan yang jago main badminton. Itu saja.

Lalu apa dampak warisan budaya terhadap sukses seseorang? Secara menarik Gladwell menuliskan hubungan negara peserta yang biasanya menjadi langganan juara Olimpiade Matematika dengan profesi nenek moyang mereka. Di Cina Selatan ada keyakinan yang menarik: “Tidak ada seorang pun yang bangun sebelum subuh selama 360 hari dalam setahun yang tidak bisa membuat keluarganya kaya raya”. Keyakinan itu setidaknya mengungkapkan 3 hal. Pertama, kebiasaan bangun pagi. Kedua, kebiasaan kerja keras sejak mentari muncul di ufuk timur. Ketiga, kemakmuran bisa diperoleh dengan bekerja keras. Itu berarti bangun pagi saja tidak cukup. Orang harus bekerja keras 3.000 jam setahun di tanah pertanian yang besarnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan luas tanah garapan petani dari Amerika Tengah. Jika tanah seluas 180 hektar di Amerika Tengah dimiliki oleh sebuah keluarga, maka di Cina tanah sebesar itu dikelola oleh 1.500 orang.
Budaya kerja keras sejak awal hari merupakan keharusan bagi masyarakat di Cina Selatan yang berdiam di delta Sungai Pearl. Tanpa itu, mereka bisa mati kelaparan saat musim dingin. Sedapat mungkin mereka berupaya mengelola tanaman padi sebaik mungkin agar bisa panen hingga 3 kali. Gagal panen sama saja dengan menjerumuskan keluarga pada kenestapaan karena tidak ada persediaan beras di musim dingin. Nah budaya kerja keras itulah yang tertanam ke generasi berikutnya.

Erling Boe, seorang ahli pendidikan dari University of Pennsylvania, pernah membuat penelitian yang hasilnya tidak dapat dipublikasikan di jurnal ilmiah karena menurutnya rada aneh. Ia menemukan fakta bahwa negara yang siswanya bersedia berkonsentrasi, duduk cukup lama dan focus menjawab setiap pertanyaan panjang pada test yang membandingkan keberhasilan pendidikan antar negara adalah negara yang sama dimana siswanya sukses menyelesaikan soal-soal matematika. Sekarang peserta dari negara mana yang biasanya meraih medali dalam olimpiade matematika? Cina. Menurut Gladwell, warisan budaya kerja keras dari nenek moyang di delta Sungai Pearl itulah salah satu kunci sukses peserta olimpiade dari Cina.

Lalu apa rahasia dibalik sukses team olimpiade fisika Indonesia (TOFI)? Di situs team olimpiade fisika Indonesia (TOFI) disebutkan bahwa seleksi calon peserta olimpiade dilakukan di setiap provinsi. Yang lulus tahap kualifikasi itu akan diberi buku untuk dipelajari. Kemudian yang lolos seleksi nasional akan diisolasi dan dilatih mengerjakan soal-soal secara intensif. Jadi dapat dipastikan bahwa peserta yang punya cita-cita ikut olimpiade fisika di tingkat kabupaten, propinsi, nasional hingga intenasional pasti sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Jam belajar fisika setiap harinya mungkin sama dengan jam Eddie Van Halen berlatih gitar atau Susi Susanti berlatih badminton. Di tempat isolasi apalagi. Jam belajarnya pasti lebih intensif, wong setiap minggu diberi ujian selama 5-10 jam. Lalu berapa lama siswa dibina untuk ikut olimpiade internasional? Prof. Yohanes Surya bilang setiap pelajar yang dipersiapkan ikut olimpiade internasional perlu ikut pembinaan minimal selama 1,5 tahun (kompas.com 30 April 2008).

Jadi kesempatan bagi siswa berbakat, yang menurut Prof Yohanes IQ-nya rata-rata diatas 140, untuk berkiprah di kompetisi ilmiah internasional terbuka lebar. Mereka inilah yang digembleng dalam proses pembelajaran yang terstruktur, bisa dipastikan lebih dari 2.000 jam pertahun. Dan yang pasti “DNA” budayanya direvolusi. Dari mungkin budaya pelan-pelan tapi pasti menjadi budaya kerja keras. Oh ya sebagai informasi tambahan, pola pembinaan intensif untuk mempersiapkan anak bangsa mengikuti olimpiade fisika semacam ini dulu tidak ada.

Sumber:
• Malcolm Gladwell, “Outliers: Rahasia Di Balik Sukses”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009
• Kompas.com
• Tokohindonesia.com
• Wikipedia
• Yohanessurya.com
• Tofi.co.id

Comments

Popular posts from this blog

Ludo

Monopoly adalah salah satu board game yang bisa mengasah naluri kompetisi seseorang. Adakah board game yang bisa mengasah naluri kompetisi tapi lebih sederhana daripada monopoly? Jawabannya mungkin permainan ludo. Dengan bermain ludo seorang pemain diharuskan berpikir keras untuk menyelamatkan 4 buah bidak (jika boleh disebut demikian) sekaligus memenangkan pertandingan. Pemenang adalah pemain yang dapat mengirim ke-4 bidaknya ke finish terlebih dahulu. Ludo berasal dari kata Latin ludus yang artinya permainan (game). Permainan ini biasa dimainkan 2 sampai 4 orang. Ludo adalah simplifikasi dari permainan orang Indian, Pachisi. Pachisi sendiri diperkirakan sudah dimainkan sejak 500 tahun sebelum masehi. Namun demikian, Ludo yang muncul sekitar tahun 1896 dipatenkan di Inggris dengan nomor paten 14636. Aturan main Ludo sangat mudah. Intinya, lempar dadu dan jalankan bidak menuju finish. Setiap pemain diberi modal yang sama yaitu 4 buah bidak. Bidak-bidak itu harus dikeluarkan dari titik ...

Sistem Nilai

 Dalam budaya pop terkenal sebutan X Generation buat yang lahir sekitar tahun 1970-an, dan Y Generation buat yang lahir diawal tahun 1980-an. Sebelumnya ada Flower Generation yang terkenal dengan Woodstock, marijuana dan Perang Vietnam. Ketiga generasi anak muda tersebut punya system nilai yang berbeda. Generasi X misalnya lebih menghargai fleksibelitas, alternatif hidup, dan kepuasan kerja. Di era Generasi X inilah dikenal Nirvana, internet, dan work at home. Buat Generasi Y yang besar di era globalisasi dan MTV tentu punya keunikan tersendiri.  Pertanyaannya, apakah nilai dan system nilai? Menurut Milton Rokeach, nilai adalah keyakinan abadi bahwa suatu cara (modus) bertindak atau tujuan eksistensi tertentu lebih diinginkan secara pribadi ataupun sosial dibandingkan cara bertindak atau tujuan hidup sebaliknya. Misalnya, orang lebih memilih bahagia daripada tidak bahagia; jujur daripada bohong; kerja keras daripada berleha-leha. Sedangkan menurut George England nilai merupaka...

Good to Great

Baik adalah musuh dari hebat (Jim Collins) Tidak banyak hal hebat di dunia sebab terlalu banyak hal baik di dunia ini. Tapi mungkinkah perusahaan menghasilkan sesuatu yang hebat setelah meraih hasil yang baik? Jim Collins bilang bisa. Setiap perusahaan bisa tumbuh mengagumkan dalam jangka waktu relative lama, profitnya tinggi dan punya nilai perusahaan jauh di atas rata-rata pasar. Cuma syaratnya tidak gampang. Perusahaan harus punya 7 syarat dasar meliputi pola kepemimpinan, human capital, cara menghadapi fakta, focus, budaya disiplin, teknologi pendukung dan terobosan-terobosan berkelanjutan.  Pemimpin macam apa yang cocok untuk membawa perusahaan dari baik menjadi hebat? Jawabnya ternyata pemimpin yang rendah hati dan punya kemauan keras. Collins menyebutnya sebagai kepemimpinan tingkat 5. Contoh pemimpin yang sudah mencapai level ini adalah Colman Mockler, Direktur Gillette tahun 1975 hingga 1991; dan Direktur Kimberly-Clark yang sukses mengalahkan Scott Paper dan Procte...