Sabtu malam 5 Juni 2004. Dalam satu moment di acara “Pemburu Hantu” di salah satu stasiun televisi, Team Pemburu Hantu (PH) bernegosiasi dengan setan/roh halus!!! Si roh halus, yang katanya Noni Belanda, ingin tetap tinggal di tempatnya saat ini, namun tuan rumah keberatan. Ada beda 2 kepentingan beda. Disinilah peran central team PH. Yaitu memenangkan manusia dengan cara yang elegan. Negosiasi pun dilaksanakan. Singkatnya, akhirnya Noni mau pindah asalkan tempat barunya lebih sepi dan sejuk. Team PH menyanggupi syarat itu asalkan Noni tidak kembali lagi ke tempat semula. Nego selesai dan Noni pindah. Rumah pun ditempeli stiker “Dalam Pengawasan”. Moral ceritanya sederhana: belajarlah bernegosiasi karena kemampuan ini kekal sifatnya (immortal).
Kafi Kurnia bilang negosiasi adalah keahlian komunikasi paling penting yang harus dimiliki orang. Terlebih di era global yang membuat dunia seolah tanpa batas. Implikasinya perbedaan semakin membentang seluas jaringan (network) yang ada. Tantangannya adalah bagaimana mencapai kesepakatan tanpa mengorbankan perbedaan yang ada.
Negosiasi terjadi karena ada perbedaan kepentingan. Ariel Sharon ingin meluaskan wilayah Israel, sedangkan Arafat ingin kedaulatan wilayah Palestina diakui. Akibatnya Ariel Sharon dan Arafat duduk bersama untuk merundingkan peta perdamaian Israel-Palestina. Hasil perundingan buat banyak pihak adalah win-lose solution. Israel banyak menangnya daripada Palestina. Dalam film Le Cerf-Volant karya Randa Chahal Sabbag, Sutradara asal Lebanon, yang memperoleh penghargaan Grand Prix du Jury Festival Venizia 2003, diceritakan bagaimana tentara Israel memindahkan batas negara seenaknya saja saat warga Palestina terlelap di tempat tidur. Menurut William Ury bentuk win-lose solution terjadi karena ada pihak yang punya posisi tawar lebih besar.
Contoh lain tentang negosiasi biasanya ada di film-film Hollywood terutama yang bercerita tentang penyanderaan seperti Air Force One (Harrison Ford & Garry Oldman), Negotiators (Kevin Spacey-Samuel Jackson). Atau film tentang kehidupan mafia seperti Godfather I-III. Contoh yang paling dekat ialah negosiasi antara bagian Purchasing dengan Supplier, Human Resource dengan Serikat Pekerja, Finance dengan Bank dan sebagainya.
Menurut Ken Burnet ada lima gaya negosiasi yang lazim digunakan (Kafi Kurnia, 2003). Pertama, enforcers. Gaya ini agresif, penuh intimidasi dan ancaman. Biasa digunakan saat posisi tawar sangat tinggi.
Kedua kompromi. Yang ini biasanya setiap ada permintaan yang diajukan akan dikompensasikan dengan konsesi yang berimbang. Perjanjian bilateral misalnya. Menurut Stephen Covey style ini bukan yang terbaik. Karena masih ada yang belum happy.
Gaya ketiga adalah peacemakers. Gaya ini biasanya dipakai dalam perundingan-perundingan dan negosiasi politik. Sebab yang diutamakan adalah damainya dulu. Contohnya bagi-bagi jatah kursi menteri dan Dirut BUMN.
Keempat adalah capitulators. Gaya ini seringkali digunakan oleh supplier untuk menyenangkan konsumen. Konsumen minta service gratis 3 tahun, di-iyakan. Minta spare part fast moving disediakan gratis, di-iyakan. Kenyataannya semuanya di-charge, misalnya.
Terakhir, generators. Gaya ini dimulai dengan membangun rasa saling percaya dan menghapus semua curiga. Kedua pihak berupaya saling meyakinkan bahwa tujuan masing-masing dapat tercapai apabila keduanya sepakat untuk bekerjasama. Istilah pop-nya adalah win-win solution. Bentuk ini pula yang direkomendasikan oleh Stephen Covey.
Negosiasi sebenarnya bermata dua. Ia bisa membantu kita meraih tujuan atau malah membuat kita tidak memperoleh apa-apa sama sekali. Itulah kenapa para negosiator ulung selalu bilang simpan kartu truf baik-baik dan gunakanlah jika benar-benar diperlukan.
Reference:
Kafi Kurnia, INTRIK: 7 Jurus Sukses, AKUR, 2003
Kafi Kurnia bilang negosiasi adalah keahlian komunikasi paling penting yang harus dimiliki orang. Terlebih di era global yang membuat dunia seolah tanpa batas. Implikasinya perbedaan semakin membentang seluas jaringan (network) yang ada. Tantangannya adalah bagaimana mencapai kesepakatan tanpa mengorbankan perbedaan yang ada.
Negosiasi terjadi karena ada perbedaan kepentingan. Ariel Sharon ingin meluaskan wilayah Israel, sedangkan Arafat ingin kedaulatan wilayah Palestina diakui. Akibatnya Ariel Sharon dan Arafat duduk bersama untuk merundingkan peta perdamaian Israel-Palestina. Hasil perundingan buat banyak pihak adalah win-lose solution. Israel banyak menangnya daripada Palestina. Dalam film Le Cerf-Volant karya Randa Chahal Sabbag, Sutradara asal Lebanon, yang memperoleh penghargaan Grand Prix du Jury Festival Venizia 2003, diceritakan bagaimana tentara Israel memindahkan batas negara seenaknya saja saat warga Palestina terlelap di tempat tidur. Menurut William Ury bentuk win-lose solution terjadi karena ada pihak yang punya posisi tawar lebih besar.
Contoh lain tentang negosiasi biasanya ada di film-film Hollywood terutama yang bercerita tentang penyanderaan seperti Air Force One (Harrison Ford & Garry Oldman), Negotiators (Kevin Spacey-Samuel Jackson). Atau film tentang kehidupan mafia seperti Godfather I-III. Contoh yang paling dekat ialah negosiasi antara bagian Purchasing dengan Supplier, Human Resource dengan Serikat Pekerja, Finance dengan Bank dan sebagainya.
Menurut Ken Burnet ada lima gaya negosiasi yang lazim digunakan (Kafi Kurnia, 2003). Pertama, enforcers. Gaya ini agresif, penuh intimidasi dan ancaman. Biasa digunakan saat posisi tawar sangat tinggi.
Kedua kompromi. Yang ini biasanya setiap ada permintaan yang diajukan akan dikompensasikan dengan konsesi yang berimbang. Perjanjian bilateral misalnya. Menurut Stephen Covey style ini bukan yang terbaik. Karena masih ada yang belum happy.
Gaya ketiga adalah peacemakers. Gaya ini biasanya dipakai dalam perundingan-perundingan dan negosiasi politik. Sebab yang diutamakan adalah damainya dulu. Contohnya bagi-bagi jatah kursi menteri dan Dirut BUMN.
Keempat adalah capitulators. Gaya ini seringkali digunakan oleh supplier untuk menyenangkan konsumen. Konsumen minta service gratis 3 tahun, di-iyakan. Minta spare part fast moving disediakan gratis, di-iyakan. Kenyataannya semuanya di-charge, misalnya.
Terakhir, generators. Gaya ini dimulai dengan membangun rasa saling percaya dan menghapus semua curiga. Kedua pihak berupaya saling meyakinkan bahwa tujuan masing-masing dapat tercapai apabila keduanya sepakat untuk bekerjasama. Istilah pop-nya adalah win-win solution. Bentuk ini pula yang direkomendasikan oleh Stephen Covey.
Negosiasi sebenarnya bermata dua. Ia bisa membantu kita meraih tujuan atau malah membuat kita tidak memperoleh apa-apa sama sekali. Itulah kenapa para negosiator ulung selalu bilang simpan kartu truf baik-baik dan gunakanlah jika benar-benar diperlukan.
Reference:
Kafi Kurnia, INTRIK: 7 Jurus Sukses, AKUR, 2003
Comments
Post a Comment