Setiap organisasi, baik
yang berorientasi laba atau nirlaba, punya dinamikanya masing-masing. Termasuk
Yesus beserta murid-murid utama-Nya. Yesus, Sang Pemimpin organisasi, pada akhirnya
wafat disalib oleh pemuka-pemuka agama.
Yesus memiliki visi besar
tentang dunia. Untuk mewujudkan visi-Nya, Yesus merekrut dan mengembangan
murid-murid pilihannya dengan sangat baik. Yesus berinteraksi intens dengan
murid-muridnya sekitar 3 tahunan.
3 tahun bisa dibilang
merupakan waktu yang cukup untuk mengembangkan sebuah “startup”. Setiap murid
memiliki perannya masing-masing sesuai kebutuhan organisasi dan uraian
pekerjaan yang ditentukan.
Yudas Iskariot, misalnya,
merupakan murid yang dipercaya Yesus untuk memegang kas organisasi. Yohanes
menulis, kendati seolah-olah menunjukkan empati kepada orang miskin, Yudas suka
melakukan fraud atau mengambil uang organisasi untuk kepentingan diri sendiri.
Menjelang Yesus wafat dinamika
organisasi bergerak demikian cepat. Sejak
Yesus diarak masuk kota Jerusalem hingga disalib, Injil Yohanes mencatat beragam
reaksi dan perilaku murid-muridnya. Ada kebanggaan, penghianatan, ketakutan, penyangkalan,
dan kesetiaan ditunjukkan oleh para murid Yesus.
Ketika Yesus dielu-elukan
saat masuk Jerusalem seluruh anggota organisasi bereaksi positif. Murid-murid bangga
dan senang. Penerimaan dan apresiasi warga kota Jerusalem sangat baik. Hari itu
organisasi berada di titik yang bagus.
Santap malam bersama menjadi penutup hari yang sempurna.
Setelah kakinya dibasuh
Yesus, Yudas kerasukan iblis dan meninggalkan tempat perjamuan. Yudas pergi
menemui orang-orang yang mencari Yesus. Sebelum peristiwa Yesus masuk kota
Jerusalem, pemuka agama sudah sepakat akan mencari dan membunuh Yesus.
Dari perspektif relasi
anggota organisasi ada 2 sebab Yudas meninggalkan organisasi. Pertama, push
factor buat Yudas adalah dorongan iblis atau keinginan sendiri. Kedua, pull
factor buat Yudas adalah ada sekelompok orang terkemuka (organisasi lain) yang
sedang mencari Yesus untuk dibunuh. Yudas menemui kelompok itu untuk
menyerahkan Yesus. Yudas memberikan informasi keberadaaan Yesus. Dia mendapat
reward/upah dari informasi dan jasa mengantar ke tempat Yesus berada.
Studi terkait perusahaan
saat ini mengungkapkan bahwa alasan anggota organisasi meninggalkan organisasi
karena ingin meraih kesempatan yang lebih baik; tidak cocok dengan lingkungan
atau budaya kerja; dan tidak cocok dengan gaya kepemimpinan di organisasinya.
Perilaku Yudas menunjukkan
bahwa dia telah melakukan pelanggaran serius. Yudas melanggar code of conduct
organisasi. Pertama, dia melakukan fraud. Kedua, membocorkan rahasia
organisasi. Ketiga, mencari keuntungan untuk diri sendiri. Terakhir, membahayakan rekan/anggota
organisasi lainnya. Perilaku Yudas tersebut menunjukkan bahwa dia tidak fit dengan
culture organisasi yang dibentuk Yesus. Bahwa kesempatan yang diambil kemudian membahayakan
organisasi dan Pemimpinnya, itu merupakan satu keniscayaan.
Dunia mencatat bahwa pengunduran diri Yudas dan keputusan yang diambil setelahnya bisa disebut sebagai voluntary resign yang tercatat dan dibicarakan dalam sejarah umat manusia.
Comments
Post a Comment