Tentang pergantian tahun Dalai Lama bilang: “For me, it is nothing. New millennium, or new century, or new year. For me is another day and night. The sun, the moon, the stars remain the same” (Newsweek, December 20, 1999). Buat orang yang suka bikin resolution, tahun baru berarti momentum. New year is something.
Waktu cepat berlalu. Senin baru saja berlalu, Sabtu sudah datang lagi. Pohon Natal yang rasanya baru dibongkar kemarin, sekarang sudah harus dipasang lagi untuk kemudian dibongkar lagi. Ada penilaian prestasi kerja lagi. Kalau sudah begitu agak sangsi juga 1 tahun = 12 bulan = 52 minggu = 365 hari = 8.760 jam = 525.600 menit = 31.536.000 detik. Padahal kalau lagi boring, 10 menit = 1 jam.
1 tahun yang mungkin tidak tepat 365 hari telah berlalu. Setiap orang bisa melakukan self assessment terhadap performance hidupnya. Reward-nya mungkin juga sudah diterima. Entah di keluarga, di tempat kerja, di pergaulan, di masyarakat, di Gereja, di Masjid atau di mana saja dan dari siapa saja. Soal performance hidup, reward-nya tidak pernah bisa diduga. Menurut Forest Gump hidup seperti kotak coklat, dan kita tidak tahu bakal dapat kotak yang mana.
Performance hidup dipengaruhi banyak hal. Beberapa diantaranya adalah factor lingkungan dan orang lain. Namun yang paling pegang peranan adalah diri sendiri. Mau jadi orang biasa atau mau jadi yang extraordinary people, itu pilihan pribadi. Tuhan memberi manusia kehendak bebas.
Ukuran sukses dari tindakan yang dipilih seseorang bisa dilihat dari 3 check point. Pertama, apakah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kedua, apakah menumbuhkan potensi diri. Terakhir, apakah bermanfaat buat orang lain. (Supreme Learning International: Managing Self).
Banyak yang berhasil di tahun lalu. Tapi banyak juga yang masih berjuang. Buat yang sudah merasa good, ada yang mengingatkan untuk hati-hati sebab: “Good is the enemy of great”. Rhenald Kasali bilang: Jika sudah mencapai puncak prestasi anggap itu sebagai titik nol atau titik awal agar tidak terlena dan tetap berkreasi terus menerus (Kontan, November 2002).
Itulah kenapa Mel Gibson membuat Passion of the Christ yang lebih menggetarkan daripada Brave Heart. Peter Jackson menggarap 3 masterpiece-nya, Lord of the Rings, dengan sangat intens dan kreatif hingga jadi best picture di Oscar. U2 bikin album lagi di tahun 2004 ber-title: How to Dismantle an Atomic Bomb dengan rasa baru dibandingkan album terdahulunya, All that You Can’t Leave Behind, yang telah menyabet banyak Grammy.
Yang banyak
dihindari orang adalah fenomena “one hit maker”. Sekali bikin prestasi puncak
lalu tenggelam. Tapi jika belum mencetak “hit” bagaimana? Stephen Covey
menulis, sukses besar dimulai dari sukses yang kecil-kecil dan terjadi terus
menerus. Sebab, kata Covey yang mengutip filsuf Aristotle, sukses itu buah
kebiasaan.
Quentin Tarantino memulai karirnya lewat Festival Film Sundance. Sebuah festival film yang diselenggarakan aktor Robert Redford untuk mengakomodir sutradara muda berbakat yang ditolak investor-investor besar Hollywood. Jon Bon Jovi memulai karirnya dari tukang bersih-bersih studio musik yang rajin bikin demo tape lagu. U2 mulai menggebrak dari kampus dan Klab Malam di Irlandia. Rolling Stone memulai karir awal juga dari Klab Malam di Inggris. Padi, di awal masuk blantika musik nasional, mencuri perhatian pecinta musik lewat album kompilasi band-band berbakat tanah air. Jack Welch memulai karir di GE dari bawah. Almarhum Eddie Van Halen belajar gitar berjam-jam di kamarnya hingga katam dan bisa mempengaruhi gaya genjrengan puluhan ribu gitaris di dunia. Semuanya berawal dari langkah kecil (small step).
Tahun baru ini merupakan momentum yang tepat untuk me-review yang lalu, menyusun harapan, dan mungkin menulis new year resolution.
Comments
Post a Comment